Pada hari minggu 23 juni 2013, di saat cuaca kota makassar yang cerah aku bangun dan
bergegas mandi untuk menuju pelabuhan menjemput adikku (dia anak ke 3 dari 5
bersaudara) SATRYO ATANGGAE yang akan
mengisi liburanya bersamaku di kota angin mamiri. sekitar pukul 10.00 penumpang KM BUKUKIT SIGUNTANG (kapal PELNI)
Tujuan Maumere – Makassar tiba di pelabuhan Makassar dan para penumpang mulai
turun dengan berdesak –desakan. Saat melewati
desakan penumpang yang padat
adiku pun turun dan kamipun langsung menuju tempat tingalku (kos) yang
terletak di kawasan Sukaria V.
Setelah
tiba di kos adikku beristirahat melepas kelelahanya setelah melakukan
perjalanan laut selama 18 jam. Saat jarum pendek menuju angka 2 yang menandakan
sekarang pukul 14.00 aku mengajak adiku untuk berwisata di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang berada di Kabupaten Maros., sekitar 40 km dari
Kota Makassar. Pukul
15.00 kami mengawali perjalanan kami dari sukaria V menuju Bantimurung. Kami
membutuhkan waktu 90 menit untuk sampai disana.
Kami tiba di Bantimurung pukul 16.00 dan bergegas
membeli tiket untuk masuk menikmati Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Sebelum
masuk kami membeli tiket yang harganya Rp 15.000/orang.selain menikmati air
terjun tujuan utama Kami ketempat ini adalah menikmati keindahan Gua Mimpi
dan Gua Batu.
Setelah kami masuk, kami langsung menuju Gua Batu yang berada di atas air terjun bantimurung, kami melalui tangga yang tak jauh dari air terjun dan menyusuri jalan setapak baru kemudian tiba di mulut Gua. Jarak dari anak tangga pertama hingga mulut Gua Sekitar 800 meter, meski cukup jauh, tidak akan terasa karena jalan yang kami lalui masih sangat asri, ada banyak pohon besar di kanan kiri jalan.
Setelah kami masuk, kami langsung menuju Gua Batu yang berada di atas air terjun bantimurung, kami melalui tangga yang tak jauh dari air terjun dan menyusuri jalan setapak baru kemudian tiba di mulut Gua. Jarak dari anak tangga pertama hingga mulut Gua Sekitar 800 meter, meski cukup jauh, tidak akan terasa karena jalan yang kami lalui masih sangat asri, ada banyak pohon besar di kanan kiri jalan.
Begitu tiba di depan gua, nuansa gelap dan sunyi
langsung terasa tidak ada pencahayaan samasekali didalamnya, sebelum kami masuk
kami menyewa senter yang ditawarkan penduduk sekitar Harganya Rp 15 000/senter,
kami hanya menyewa 1 senter untuk dipakai berdua.
ini adalah penglaman pertama kami memasuki Gua dan kami masuk tanpa pemandu. Situwasi yang tenang, dingin, gelap dan sepi adalah suasana yang terasa begitu berada di dalam Gua. Menengok ke atas gua ini dipenuhi oleh banyak Stalaktif yang cantik. Menunduk ke bawah lantai Gua Batu berupa tanah yang saat itu basah karena terkena tetesan air dari Stalaktif.
ini adalah penglaman pertama kami memasuki Gua dan kami masuk tanpa pemandu. Situwasi yang tenang, dingin, gelap dan sepi adalah suasana yang terasa begitu berada di dalam Gua. Menengok ke atas gua ini dipenuhi oleh banyak Stalaktif yang cantik. Menunduk ke bawah lantai Gua Batu berupa tanah yang saat itu basah karena terkena tetesan air dari Stalaktif.
Senterpun kami arahkan ke sekeliling, Terlihat
ada beberapa ruangan di bagian atas gua, dekat langit – langit. Menurut warga
sekitar itu adalah tempat para petapa bersemedi salah satunya adalah petapa
yang kuburnya berada tepat di sebelah gua. Setelah selesai memasuki seluruh
ruangan di dalam gua kamipun segera keluar. Perlahan cahaya mulai terlihat dan
akhirnya kami tiba di pintu keluar dan mengembalikan senter yang kami sewa dan
bergegas menuju gua mimpi.
Jika Gua
Batu sudah relatif diurus pihak pengelola sehingga mudah dilalui maka tidak
demikian dengan Gua Mimpi. Jalanan terjal menuju goa adalah sajian pembuka dari
petualangan kami. Gua Mimpi panjangnya lebih dari satu kilometer dan menembus
salah satu bukit di kawasan bantimurung.
Kami sudah
tak punya uang untuk menyewa senter yang harganya Rp. 25 000/ senter untuk masuk ke gua mimpi namun rasa penasaran kami
sangat tinggi, kami mencoba menyusuri gua dengan pencahayaan dari lampu kamera
HP milik adiku, setelah memasuki gua, panoramah yang indah dan alami membuat
kami semakin mengagumi kebesaran tuhan. Medan yang licin dan basah membuat kami
harus berhati – hati untuk menyusuri gua, setengah penyusuran kami harus berbalik arah kembali menuju pintu
masuk gua mimpi karna betrei HP adikku
mulai lemah.
Setelah kelur,
kami beristirahat di depan gua dan melanjutkan perjalanan turun dari gua mimpi.
Suara gemuruh air tak dibarangi lagi dengan suara kegembiraan pengunjung yang
menikmati air terjun, keadaan Bantimurung sudah sepi karna waktu menunjukan
pukal 18.00 dan
kamipun meninggalkan kawasan Bantimurung
untuk menuju kembali ke kos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar